Macammacam Asbabun Nuzul dan Contohnya. Berdasarkan jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi 2 macam. Sebagai berikut: 1. Ta'addud Al-Ashbab Wa Al-Nazil Wahid. Ta'addud al IlmuMakki dan Madani adalah ilmu yang membahas ihwal bagian Al-Qur’an yang Makki dan bagian yang Madani, baik dari segi arti dan maknanya, cara-cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Makki dan Madani ialah bagian-bagian kitab suci Al-Qur’an, dimana ada yang termasuk Makki dan Dalamkitab Al-Itqan Assyuyuthi menguraikan sebanyak. STUDI ULUMUL QURAN BAB 1 MENGENAL ULUMUL QURAN DAN SEJARAHNYA A. Makalah ulumul quran doc. Dan juz ke-29 ayat-ayatnya Makiyah kecuali surah ad-Dahr berjumlah 431 ayat. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ulumul Quran ini. أنالمكي ما نزل بمكة ولو بعد الهجرة , والمدنَي مانزل بالمدينة. “Makkiyah adalah (ayat-ayat al Qur’an) yang diturunkan di Makkah, walaupun turun sesudah hijarh, sedangkan Madaniyah adalah (ayat-ayat al Qur’an) yang turun di Madinah”. Pendapat tersebut menurut Fahd bin Abdirrahman Ar-Rumi Apabilaterdapat pada surat Madaniyah ayat yang mengandung tabiat ayat yang di turunkan di al-Makky, atau mengandung sesuatu dari peristiwa-peristiwanya, maka dalam hal ini orang mengatakan ayat ini adalah Makiyah. Apabila terdapat dalam ayat itu keistimewaan-keistimewaan Makky,orang mengatakan dia adalah Makkiyah. Artinya "yang tidak datang kepadanya (al-Qur`an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS. Fuṣṣilat : 42 ) Pendapat kedua mengatakan bahwa ada Nasikh Mansukh dalam ayat-ayat al-Qur`an tetapi bukan menghapus atau membatalkan hukum, yang berarti hanya merubah atau mengganti dan MengenalAyat Makiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an Category: Religi Al-Qur’an turun kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun dan sebagian besar diterima oleh Rasululla h Shallallahu ‘alayhi wasallam di Mekkah. MENYELAMI AYAT-AYAT MAKIAH DAN MADANIYAH (1)* Oleh : Misbahudin *Al-Qur’an Sebagai Pusaka Islam* Umat-umat terdahulu pasti melakukan sebuah usaha yang keras untuk menjaga warisan literasi sebagai dasar dan modal dalam membangun sebuah pondasi peradaban dari para tokoh-tokoh penggebrak kehidupan dan pendombrak kejumudan berpikir dan Jumlahayat al-Qur’an yang berjumlah lebih dari enam ribu, di-nuzul-kan secara berangsur-angsur dalam dua periode yaitu periode makiyah dan periode madaniyah. Dua pertiga dari ayat itu sendiri berisikan kisah (M unir, 2008: 151). Hal ini tentunya membentuk pertanyaan baru, mengapa sebegitu banyaknya ayat al-Qur’an PEMBAHASAN 1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah. Yang dimaksud dengan ilmu makki dan madani ialah ilmu yang membahas ihwal bagian al qur’an yang makki dan yang madani baik dari segi arti dan maknanya, cara-cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya. ULVz3. Jakarta - Dalam Al Quran sering dijumpai adanya surat Makkiyah dan Madaniyah. Apa itu surat madaniyah?Secara umum, Makkiyah al-makkiyah diartikan berasal dari kata Mekkah. Sedangkan Madaniyah al-madaniyah berasal dari Madinnah. Secara harfiah, Makkiyah berarti surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah. Sedangkan, Madaniyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di ulama sebagaimana dijelaskan Jalaludin as-Suyuthi dalam bukunya Mengenal Surat Makkiyah dan Madaniyah, mendefinisikan al-Madani ke dalam tiga istilah. Pertama, al-Madani adalah ayat atau surat yang diturunkan setelah hijrah, baik yang turun di Mekkah atau di Madinah, turun pada tahun futuh Makkah atau tahun terjadinya Haji Wada', atau dalam salah satu berpergian Nabi SAW. Kedua, al-Madani adalah sesuatu yang diturunkan di Madinah. Berdasarkan definisi ini, ada posisi ayat atau surat yang berada di tengah. Artinya, apa yang diturunkan pada Nabi SAW saat bepergian di luar Mekkah dan Madinah maka tidak dapat disebut surat Makki atau al-Madani adalah sesuatu ayat atau surat yang ditujukan untuk penduduk Madinah. Al-Qadhi Abu Bakar dalam kitabnya al-Intishar mengatakan, untuk mengetahui al-Makki dan al-Madani dikembalikan pada hafalan sahabat dan tabiin. Tidak ada suatu perkataan dari Nabi SAW tentang hal sebuah riwayat Imam Bukhari disebutkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. berkata, "Demi Allah, tiada Tuhan selain Dia, tidak ada satu ayat pun dari kitab Allah Ta'alaa kecuali saya mengetahui kepada siapa ayat itu turun dan di mana ia turun."Syaikh Manna Al-Qaththan dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Al Quran menjelaskan, penamaan surat Madaniyah dan Makkiyah didasarkan menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Dalam sebuah surat tidak seluruh ayat didalamnya adalah surat Madaniyah atau sebaliknya. Sebab, terkadang pada beberapa surat Madaniyah terdapat ayat-ayat satu contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah adalah ayat 30 surat Al-Anfal. Allah SWT berfirmanوَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ - ٣٠Artinya "Dan ingatlah, ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu Muhammad untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." QS. Al-Anfal 30Banyak ulama mengatakan ayat tersebut termasuk ayat yang dikecualikan. Muqatil mengatakan, ayat tersebut diturunkan di Mekkah, zhahirnya menunjukkan demikian. Sebab, ia menerangkan tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika merencanakan kejahatan terhadap Rasulullah SAW sebelum surat madaniyahDikutip dari Ulumul Qur'an Prinsip-Prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qur'an oleh Badrudin berikut ciri-ciri surat madaniyah1. Mengandung ketentuan-ketentuan fara'id dan had2. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut3. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitab4. Ayat-ayatnya panjang-panjang5. Mayoritas isinya merupakan pembahasan tentang hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuan yang harus ditaati umat surat madaniyahAda 20 surat yang tergolong Madaniyah. Berikut daftarnya1. Al Baqarah2. Ali Imran3. An-Nisaa'4. Al-Maa'idah5. Al-Anfal6. At-Taubah7. An-Nur8. Al-Ahzab9. Muhammad10. Al-Fath11. Al Hujurat12. Al-Hadid13. Al-Mujadilah14. Al-Hasyr15. Al-Mumtahanah16. Al-Jumu'ah17. Al-Munafiqun18. Ath-Thalaq19. At-Tahrim20. An-NashrSelain 20 surat di atas, terdapat 12 surat yang diperselisihkan antara madaniyah atau makkiyah. Surat-surat tersebut antara lain1. Al-Fatihah2. Ar-Ra'd3. Ar-Rahman4. Ash-Shaff5. At-Taghabun6. At-Tahfif Al-Muthaffifin7. Al-Qadr8. Al-Bayyinah9. Al-Zalzalah10. Al-Ikhlas11. Al-Falaq12. An-Nas,Itulah daftar surat madaniyah sedangkan 82 surat lainnya tergolong surat makkiyah. row/row Surah-surah Makkiyah dan Madaniyah bahasa Arab السور المکیة و المدنیة adalah sebuah istilah dan ungkapan di bidang jurusan Ulumul Quran dan sebagian dari cabang-cabang kajian Islam dan yang dimaksud darinya adalah dua bagian dari surah-surah Alquran yang berkaitan dengan tempat penurunannya. Mekah dan Madinah adalah dua tempat turunnya ayat-ayat Alquran al-Karim dan mengenal ayat-ayat yang turun di dua kota ini termasuk dari kekhawatiran umat Islam sejak abad-abad permulaan hingga hari ini dan menyebabkan munculnya sebuah ilmu baru dengan nama "Ilmu al-Makki wa al-Madani". Tentunya untuk menentukan manakah yang termasuk ayat-ayat dan surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah? Adakah cara dan tolok ukur untuk membedakan antara dua periode penurunan tersebut? Apa kriteria-kriteria ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah?, itu semua termasuk dari pembahasan-pembahasan terpenting tentang ilmu ini yang mana menurut keyakinan para cendekiawan Ulumul Quran mempelajarinya adalah hal yang termulia dan paling bermanfaatnya bagian dari Ulumul Quran. Jumlah Surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah serta Hal-hal yang Membedakannya No. Nama Urutan Tempat Turun 1 Surah Al-Fatihah Pembukaan 5 Mekkah? 2 Surah Al-Baqarah Sapi Betina 87 Madinah 3 Surah Ali Imran Keluarga Imran 89 Madinah 4 Surah An-Nisa Wanita 92 Madinah 5 Surah Al-Maidah Jamuan 112 Madinah 6 Surah Al-An'am Binatang Ternak 55 Mekkah 7 Surah Al-A'raf Tempat yang tertinggi 39 Mekkah 8 Surah Al-Anfal Harta rampasan perang 88 Madinah 9 Surah At-Taubah Pengampunan 113 Madinah 10 Surah Yunus 51 Mekkah 11 Surah Hud 52 Mekkah 12 Surah Yusuf 53 Mekkah 13 Surah Ar-Ra'd Guruh 96 Madinah? 14 Surah Ibrahim 72 Mekkah 15 Surah Al-Hijr 54 Mekkah 16 Surah An-Nahl Lebah 70 Mekkah 17 Surah Al-Isra' Memperjalankan di waktu malam 50 Mekkah 18 Surah Al-Kahf Penghuni-penghuni gua 69 Mekkah 19 Surah Maryam 44 Mekkah 20 Surah Thaha 45 Mekkah 21 Surah Al-Anbiya Nabi-Nabi 73 Mekkah 22 Surah Al-Hajj Haji 103 Madinah 23 Surah Al-Mukminun Orang-orang mukmin 74 Mekkah 24 Surah An-Nur Cahaya 102 Madinah 25 Surah Al-Furqan Pembeda 42 Madinah 26 Surah Asy-Syu'ara Penyair 47 Mekkah 27 Surah An-Naml Semut 48 Mekkah 28 Surah Al-Qashash Cerita 49 Mekkah 29 Surah Al-Ankabut Laba-laba 85 Mekkah 30 Surah Ar-Rum Bangsa Romawi 84 Mekkah 31 Surah Lukman 57 Mekkah 32 Surah As-Sajdah 75 Mekkah 33 Surah Al-Ahzab Golongan-Golongan yang bersekutu 90 Madinah 34 Surah Saba' Kaum Saba' 58 Mekkah 35 Surah Fathir Pencipta 43 Mekkah 36 Surah Yasin 41 Mekkah 37 Surah Ash-Shaffat Barisan-barisan 56 Mekkah 38 Surah Shad 38 Mekkah 39 Surah Az-Zumar Rombongan-rombongan 59 Mekkah 40 Surah Ghafir Sang Pengampun dosa 60 Mekkah 41 Surah Fusshilat Yang dijelaskan 61 Mekkah 42 Surah Asy-Syura Musyawarah 62 Mekkah 43 Surah Az-Zukhruf Perhiasan 63 Mekkah 44 Surah Ad-Dukhan Kabut 64 Mekkah 45 Surah Al-Jatsiyah Yang bertekuk lutut 65 Mekkah 46 Surah Al-Ahqaf Bukit-bukit pasir 66 Mekkah 47 Surah Muhammad 95 Madinah 48 Surah Al-Fath Kemenangan 111 Madinah 49 Surah Al-Hujurat Kamar-kamar 106 Madinah 50 Surah Qaf 34 Mekkah 51 Surah Adz-Dzariyat Angin yang menerbangkan 67 Mekkah 52 Surah Ath-Thur Bukit 76 Mekkah 53 Surah An-Najm Bintang 23 Mekkah 54 Surah Al-Qamar Bulan 37 Mekkah 55 Surah Ar-Rahman Yang Maha Pemurah 97 Madinah? 56 Surah Al-Waqi'ah Hari Kiamat 46 Mekkah 57 Surah Al-Hadid Besi 94 Madinah 58 Surah Al-Mujadilah Wanita yang mengajukan gugatan 105 Madinah 59 Surah Al-Hasyr Pengusiran 101 Madinah 60 Surah Al-Mumtahanah Wanita yang diuji 91 Madinah 61 Surah Ash-Shaff Satu barisan 109 Madinah? 62 Surah Al-Jumu'ah 110 Madinah 63 Surah Al-Munafiqun Orang-orang yang munafik 104 Madinah 64 Surah At-Taghabun Hari dinampakkan kesalahan-kesalahan 108 Madinah? 65 Surah Ath-Thalaq Talak 99 Madinah 66 Surah At-Tahrim Mengharamkan 107 Madinah 67 Surah Al-Mulk Kerajaan 77 Mekkah 68 Surah Al-Qalam Pena 2 Mekkah 69 Surah Al-Haqqah Hari kiamat 78 Mekkah 70 Surah Al-Ma'arij Tempat naik 79 Mekkah 71 Surah Nuh 71 Mekkah 72 Surah Al-Jin 40 Mekkah 73 Surah Al-Muzammil Orang yang berselimut 3 Mekkah 74 Surah Al-Muddatsir Orang yang berkemul 4 Mekkah 75 Surah Al-Qiyamah 31 Mekkah 76 Surah Al-Insan Manusia 98 Madinah 77 Surah Al-Mursalat Malaikat-Malaikat Yang Diutus 33 Mekkah 78 Surah An-Naba Berita besar 80 Mekkah 79 Surah An-Nazi'at Malaikat-Malaikat Yang Mencabut 81 Mekkah 80 Surah 'Abasa Ia Bermuka masam 24 Mekkah 81 Surah At-Takwir Menggulung 7 Mekkah 82 Surah Al-Infithar Terbelah 82 Mekkah 83 Surah Al-Muthaffifin Orang-orang yang curang 86 Mekkah? 84 Surah Al-Insyiqaq Terbelah 83 Mekkah 85 Surah Al-Buruj Gugusan bintang 27 Mekkah 86 Surah Ath-Thariq Yang datang di malam hari 36 Mekkah 87 Surah Al-A'la Yang paling tinggi 8 Mekkah 88 Surah Al-Ghasyiyah Hari Pembalasan 68 Mekkah 89 Surah Al-Fajr Fajar 10 Mekkah 90 Surah Al-Balad Negeri 35 Mekkah 91 Surah Asy-Syams Matahari 26 Mekkah 92 Surah Al-Lail Malam 9 Mekkah 93 Surah Al-Dhuha Waktu matahari sepenggalahan naik 11 Mekkah 94 Surah Al-Insyirah Melapangkan 12 Mekkah 95 Surah At-Tin Buah Tin 28 Mekkah 96 Surah Al-'Alaq Segumpal Darah 1 Mekkah 97 Surah Al-Qadr Kemuliaan 25 Mekkah? 98 Surah Al-Bayyinah Pembuktian 100 Madinah? 99 Surah Az-Zalzalah Kegoncangan 93 Madinah? 100 Surah Al-'Adiyat Berlari kencang 14 Mekkah 101 Surah Al-Qari'ah Peristiwa Menggetarkan 30 Mekkah 102 Surah At-Takatsur Bermegah-megahan 16 Mekkah 103 Surah Al-'Ashr Masa/Waktu 13 Mekkah 104 Surah Al-Humazah Pengumpat 32 Mekkah 105 Surah Al-Fil Gajah 19 Mekkah 106 Surah Quraisy 29 Mekkah 107 Surah Al-Ma'un Barang-barang yang berguna 17 Mekkah 108 Surah Al-Kautsar Nikmat yang berlimpah 15 Mekkah 109 Surah Al-Kafirun Orang-orang kafir 18 Mekkah 110 Surah An-Nashr Pertolongan 114 Madinah 111 Surah Al-Masad Gejolak Api/ Sabut 6 Mekkah 112 Surah Al-Ikhlash 22 Mekkah? 113 Surah Al-Falaq Waktu Subuh 20 Mekkah? 114 Surah An-Nas Manusia 21 Mekkah? Semua berkata bahwa jumlah surah-surah Madaniyyah adalah 20 surah dan yang menjadi perbedaan adalah 12 surah dan selainnya adalah termasuk surah-surah Makkiyah. Surah-surah Madaniyyah yang disepakati oleh semua ulama adalah surah Al-Baqarah, surah Al-Maidah, surah An-Nur, surah Al-Fath, surah Al-Mujadalah, surah Al-Jumu'ah, surah At-Tahrim, surah Ali Imran, surah Al-Anfal, surah Al-Ahzab, surah Al-Hujurat, surah Al-Hasyr, surah Al-Munafiqun, surah An-Nashr, surah An-Nisa, surah At-Taubah, surah Muhammad, surah Al-Hadid, surah Al-Mumtahanah dan surah Ath-Thalaq. Surah-surah yang menjadi perselisihan diantara para ulama adalah surah Al-Fatihah, surah Ash-Shaff, surah Ar-Ra'd, surah At-Taghabun, surah Ar-Rahman, surah Al-Muthaffifin, surah Al-Qadr, surah Al-Bayyinah, surah Az-Zalzalah, surah Al-Ikhlash, surah Al-Falaq dan surah An-Nas. Berdasarkan hal ini, sisa dari surah-surah Alquran lainnya terhitung surah-surah Makkiyah dan jumlahnya adalah 82 surah. [1] Kriteria-kriteria dan tolok ukur mengenal Surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah Dalam hal ini ulama membagi pada 3 kriteria Kriteria waktu Sebagian berpendapat bahwa setiap yang turun pada masa sebelum hijrahnya Nabi Muhammad saw adalah surah-surah Makiyyah dan setiap yang turun setelah hijrah adalah surah-surah Madaniyyah. Kriteria tempat Sebagian berkata bahwa surah-surah yang turun di Mekah adalah Makkiyyah dan surah-surah yang turun di Madinah adalah surah-surah Madaniyyah. Demikian juga, surah-surah yang turun di sekitar daerah Mekah adalah surah-surah Makkiyyah dan surah-surah yang turun di sekitar daerah Madinah adalah surah-surah Madaniyyah. Kriteria mukhatab audiens Sebagian memperhatikan pada yang diajak bicara oleh wahyu dan mereka berkata Apabila surah itu diperuntukkan bagi masyarakat Mekah maka surah itu adalah termasuk surah-surah Makkiyah dan jika surah-surah itu diperuntukkan bagi penduduk Madinah, maka surah-surah itu Madaniyyah. Kriteria untuk mengetahuinya adalah jika surah-surah itu menggunakan "Ya Ayyuhan Nas" adalah Makiyyah dan jika menggunakan "Ya Ayyuhalladzina Amanu" adalah Madaniyyah. Sebagaimana banyak dikatakan oleh para peneliti Alquran bahwa kriteria-kriteria terbaik dalam menentukan Makiyyah atau Madaniyyahnya sebuah surah dalam tiga kriteria di atas adalah kriteria pertama. [2] Metode-metode untuk Mengenal surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah Cara terpenting untuk mengenal ayat ini melalui riwayat-riwayat dari Nabi Muhammad saw, para Imam as dan sahabat. Terkait dengan hal ini sangat penting untuk mengenal hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang sesuai dengan ilmu "Dirayah Hadits". Apabila cara pertama naqli dan riwayat tidak cukup, para peneliti Alquran menggunakan cara qiyasi dan ijtihadi ijithadi yang akli. Dalam hal ini, para peneliti harus meneliti kriteria-kriteria ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah yang diterima oleh semua kalangan, kemudian berijtihad berkaitan dengan ayat-ayat yang menjadi perselisihan dan melakukan qiyas terhadap ayat-ayat yang disebutkan, kemudian akan dapat diketahui ayat-ayat yang diperselisihkan apakah Makkiyah atau Madaniyah. [3] Kriteria Penamaan Makkiyah dan Madaniyyah Berdasarkan kriteria ketiga kriteria tempat, semua ayat pada sebagian surah turun sebelum hijrah Nabi ke Madinah, dan atas dasar ini surah itu disebut surah Makkiyah. Selain itu, pada sebagian surah, seluruh ayat-ayatnya turun setelah hijrah ke Madinah, dan atas dasar ini dinamakan surah Madaniyyah. Dengan semua itu, pada sebagian surah, ayat-ayat permulannya turun di Mekah dan ayat-ayat pertengahan atau penghujungnya turun di Madinah, maka dalam kondisi ini untuk mengetahui Makkiyah dan Madiniyyahnya surah adalah harus melihat jumlah yang terbanyak dari ayat-ayat Makkiyah atau Madaniyyah. Sebagian dari para peneliti Alquran berkaitan dengan hal ini meyakini bahwa yang menentukan Makkiyah dan Madaniyyahnya sebuah surah adalah bukan jumlah yang terbanyak dari ayat-ayat Makkiyah atau Madaniyyahnya, akan tetapi yang menentukan itu adalah Makkiyah atau Madaniyyahnya ayat-ayat permulaannya.[4] Ciri-ciri Surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah Untuk menentukan surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah berdasarkan isi dan konten surah, telah disebutkan beberapa tolok ukur dan parameter. Atas dasar ini, surah-surah Makkiyah biasanya pendek dan berbicara tentang Tauhid dan penafian syirik serta tidak banyak menyinggung masalah pensyariatan dan perundang-undangan. Sementara surah-surah Madaniyyah adalah surah-surah yang lebih panjang dan lebih banyak terlihat di dalamnya tentang penjelasan undang-undang dan hukum-hukum syariat. Ciri-ciri surah-surah Makkiyah Terdapat sujud dalam surah-surah ini; Setiap surah yang terdapat lafadz ‌کلّا‌» adalah Makkiyah; Diawali dengan huruf-huruf muqatha'ah terputus seperti"الم، الر، طسم، حم، ق"، dan "ن‌"; Surah-surah Makkiyah adalah pendek-pendek; Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya berkenaan dengan tauhid dan upaya pembersihan masyarakat dari penyembahan berhala dan syirik; Tasyri' dan pensyariatan hukum dalam ayat-ayat ini sangat sedikit; Pada ayat-ayat ini banyak mengandung kisah-kisah mengenai riwayat hidup dan kisah-kisah para Nabi; Pada ayat-ayat ini banyak mengandung mukjizat dan kefasihan yang kuat; Ayat-ayat ini mempunyai audiens khusus seperti ‌یا بنی آدم‌» dan ‌یا ایها الناس‌. [5] Ciri-ciri Surah-surah Madaniyyah Terdapat kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum dalam surah-surah ini; Surah-surah Madaniyyah pada umumnya panjang-panjang; Ayatnya panjang-panjang; Menjelaskan aturan-aturan kota, pengadilan, kemasyarakatan, pemerintahan, aturan-aturan peperangan dan perdamaian yang merupakan ciri-ciri terpenting surah-surah Madaniyyah; Ayat-ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman ‌یا ایها الذین آمنوا‌»; Ayat-ayat ini menjelaskan tentang akidah-akidah Ahli Kitab dan mengajak mereka kepada agama Islam; Menjelaskan keadaan-keadaan dan tindakan-tindakan kaum Munafik dan sikap kaum Muslimin dan Nabi saw terhadap mereka; Ciri-ciri ini bukanlah merupakan ciri-ciri yang pasti dan tetap dan pada keduanya terdapat pengecualian. Misalnya surah Al-Baqarah walaupun berisi tentang kisah Nabi Adam, tapi bukanlah surah Makkiyah, padahal jika sesuai dengan keriteria-keriteria di atas, maka seharusnya merupakan surah Madaniyyah. Demikian juga surah An-Nashr walaupun semua ayat-ayatnya adalah merupakan ayat-ayat yang pendek dan memiliki ciri-ciri surah Makkiyah, namun turun di Madinah. [6] Manfaat Mengenal Makiyyah dan Madaniyyah Membantu dalam menafsirkan Alquran. Dari sisi bahwa untuk memahami ketelitian ayat-ayat dan isyarat-isyaratnya memiliki hubungan yang erat dengan tempat, maka penting bagi para mufassir untuk mengenal ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah; Dari sisi bahwa untuk membedakan antara ayat-ayat yang nasikh yang menghapus dan mansukh yang dihapus hukumnya yang merupakan hal-hal yang menjadi perbedaan pendapat dalam Ulumul Quran memerlukan pengenalan terhadap ayat-ayat sebelumnya dan ayat-ayat setelahnya, maka ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah merupakan sebuah mukadimah yang sangat penting dalam membedakan antara ayat-ayat nasikh dan mansukh; Mengenal tahapan penyempurnaan pensyariatan dan penetapan hukum; Mengetahui bagaimana turunnya Alquran dan membantu mengetahui asbab Nuzul yang juga merupakan bagian dari Ulumul Quran; Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan sirah perjalanan Nabi Muhammad saw. [7] Catatan Kaki ↑ Farzad Haji Mirzai, Madkhal Makkiyah wa Madaniyyah dar Dānesh Nāmeh Quran wa Qurān Pazuhi, hal. 2145. ↑ Farzad Haji Mirzai, Madkhal Makkiyah wa Madaniyyah dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hal. 2145. ↑ Farzad Haji Mirzai, Madkhal Makkiyah wa Madaniyyah dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hal. 2145-2146. ↑ Haji Mirzai, Makki wa Madani, hal. 2146. ↑ Farzad Haji Mirzai, Makki wa Madani dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hal. 2146. ↑ Farzad Haji Mirzai, Makki wa Madani dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hal. 2146. ↑ Farzad Haji Mirzai, Makki wa Madani dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hal. 2146. Daftar Pustaka Haji Mirzai, Farzad. Makki wa Madani dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi. Riset Bahauddin Khuramsyahi. Teheran Dustan-Nahid, 1377 HS. vte IslamAlquran al-Karim Surah-surah Al-Quran • Terjemahan Al-Quran • Tafsir-tafsir Al-Quran • Para Mufasir • Makki dan Madani • Sebab-sebab Turunnya Al-Quran • Nasikh dan Mansukh • Ulumul Quran • Umum dan Khusus • Muhkam dan Mutasyabih • Kemukjizatan Al-Quran • Kisah-kisah Al-Quran • TartilNabi Saw Peperangan yang diikuti Nabi • Peperangan yang tidak diikuti Nabi • Bi'tsahAhlulbait as Hadis Tsaqalain • Imam Ali as • Sayidah Fatimah Sa • Para Imam Syiah • Ashab Kisa' • Mubahalah • Imam Hasan as • Imam Husain as • Imam Sajjad as • Imam Baqir as • Imam Shadiq as • Imam Kazhim as • Imam Ridha as • Imam Jawad as • Imam Hadi as • Imam Hasan Askari as • Imam Mahdi Ajf Mazhab-mazhab UtamaSyiah Ushul Tauhid • Kenabian • Ma'ad • Keadilan • Imamah Cabang-cabang Agama Salat • Puasa • Khumus • Zakat • Haji • Jihad • Amar Makruf • Nahi Mungkar • Tawalli • TabarriSunni Ushul Tauhid • Kenabian • Ma'ad • Cabang-cabang Agama Salat • Puasa • Zakat • Haji • JihadPara Cendekiawan Para Pujangga • Para Kaum Ushul • Para Medis • Para Penyair • Fuqaha • Para Filosof • Para Teolog • Para Mufassir • Para Astronom • Para Ahli Nahwu • Para ArifSejarahDinasti Syi'i Al-Buyah • Shafawiyah • Hamdaniyah • Idrisiyah • Al KiyaDinasti Sunni Bani Umayyah • Bani Abbas ArticlePDF Available AbstractThis article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which deal with the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into two periods, namely Makkah period before hijrah and Madinah period after hijrah. According to Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods of revelation contains different doctrines and teachings. Makkah period Makkiyah expressed a universal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah period Madaniyyah, is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophet and his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community. Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state and new community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with law and regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non-muslim words concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’an ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah sebelum hijrah dan periode Madinah setelah hijrah. Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua periode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang Mekah Makkiyah menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme periode Madinah Madaniyyah, dianggap sektarian dan periode ini, nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit dan ketat untuk mengelola negara baru dan komunitas menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama periode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas kunci konsep, periode Mekkah, periode Madinah, Alquran Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 1Konsep Makkiyah dan MadaniyyahDalam Al-Qur’anSebuah Analisis Historis-FilosofisM. Bekti Khudari This article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which dealwith the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into twoperiods, namely Makkah period before hijrah and Madinah period after hijrah. Accordingto Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods ofrevelation contains different doctrines and teachings. Makkah period Makkiyah expressed auniversal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah periodMadaniyyah, is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophetand his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community .Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state andnew community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with lawand regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non -muslim words concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’anAbstrak. Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'anyang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataanmenjadi dua periode, yaitu periode Makkah sebelum hijrah dan periode Madinah setelahhijrah. Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, duaperiode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda. Periode MekahMakkiyah menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme Islam. Padahal,periode Madinah Madaniyyah, dianggap sektarian dan diskriminatif. Pada periode ini,nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit danketat untuk mengelola negara baru dan komunitas baru. An-Na'im menyatakan bahwaayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selamaperiode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas kunci konsep, periode Mekkah, periode Madinah, AlquranA. PendahuluanAl-Qur’an bagi kaum muslimin adalah“verbum dei” Kalam Allah yangdiwahyukan kepada nabi Muhammad perantaraan Jibril selama kuranglebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci inimemiliki kekuatan luar biasa yang beradadiluar kemampuan apapun “Seandainya kami turunkan al-Qur’an inikepada sebuah gunung, maka kamu akanmelihatnya tunduk terpecah-pecah karenagentar kepada Allah” QS. al-Hasyr[59]21. Kandungan pesan Ilahi POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018yang disampaikan Nabi Saw. padapermulaan abad ke-7 M. itu telahmeletakkan basis untuk kehidupanindividual dan sosial kaum muslimindalam segala aspeknya. Bahkanmasyarakat muslim mengawalieksistensinya dan memperoleh kekuatanhidup dengan merespon dakwah al-Qur’an. Itulah sebabnya al-Qur’an beradatepat di jantung kepercayaan muslim danberbagai pengalaman keagamaanya. Tanpapemahaman yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran dankebudayaan kaum muslimin tentunyaakan sulit hal ini,kiranya kita perlu memahami lebih jauhaspek kesejarahan al-Qur’an, karenabagaimanapun al-Qur’an diturunkandalam perspektif realitas masyarakat Arabwaktu itu. Meminjam istilah Prof. AminAbdullah bahwa teks al-Qur’an tidak bisadilepaskan dari konteks masyarakat –ruang dan waktu – di mana al-Qur’an ituturun. Inilah yang akan dibahas secararingkas dalam tulisan Konsep Makkiyah dan MadaniyyahSecara kronologis periode turunya al-Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu; periodeMakkah makkiyah dan periode MadinahMadaniyyah. Pembagian seperti inididasarkan atas dua parameter yaitu,tempat al-makan dan waktu al-zaman.Menurut Abdullahi Ahmed An-Na’im,pesan yang terkandung dalam ayat-ayatMakkiyah merupakan pesan Islam yangabadi dan fundamental, yang menekankanmartabat yang inheren pada seluruh umatmanusia, tanpa membedakan jeniskelamin gender, keyakinan agama, danras. Pesan-pesan ini ditandai denganpersamaan antara laki-laki danperempuan dan kebebasan penuh untuk1Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Yogyakarta FkBA, 2000, dalam beragama dan keimanan,prinsipnya adalah ishmah’, kebebasanuntuk memilih tanpa ancaman ataubayangan kekerasan dan paksaan pesan Madinah adalahkompromi praktis dan realistis, ketikatingkat tertinggi dari pesan Makkah tidakdapat diterima oleh masyarakat-sejarahabad VII M. Oleh karena itu, kalau ayat-ayat yang turun dalam periode Makkahdapat disebut sebagai menurut istilah An-Na’im ayat-ayat “universal-egalitarian-demokratis”, maka ayat-ayat Madinahdapatlah dinamai ayat-ayat “sektarian-diskriminatif”.2Hijrah menandai tidak sajaperubahan dramatik dalam pertumbuhanjumlah umat Islam dan pembentukanmasyarakat politik atau negara Islampertama di Madinah; melainkan jugaperalihan yang signifikan dalam materipokok dan isi misi Nabi. Secara umumdisepakati bahwa selama periode Makkahal-Qur’an lebih banyak berisi tentangajaran agama dan moral, tidakmenyatakan norma-norma politik danhukum secara khusus, yang barudikembangkan pada periode tentang perubahan ini adalahkarena pada periode Madinah ini al-Qur’anharus memberikan respon terhadapkebutuhan sosial-politik yang konkritdalam suatu komunitas yang kemerdekaan untukmengembangkan institusi-institusi yangmereka miliki dan menerapkan norma-norma agama baru mereka, umat Islammemerlukan ajaran dan tuntunan normayang lebih Mohamed Taha, seorangpemikir Islam kontemporer dari Sudan,mengatakan bahwa ada perbedaan yang2Abdullahi Ahmed An-Na’im, DekonstruksiSyari’ah, Yogyakarta LKiS, 1994, KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari Lantongsignifikan antara pesan Makkah dan pesanMadinah. Nabi diperintahkan oleh al-Qur’an untuk menyebarkan Islam diMakkah dengan cara damai dan tertutup,sesuai dengan kebebasan penuh untukmemilih, misalnya dalam QS. an-Nahl[16]125, dan QS. al-Kahfi[18] dari pesan Makkah menekankanpada nilai-nilai keadilan dan persamaanyang fundamental dan martabat yangmelekat pada seluruh manusia. Sebagaicontoh, al-Qur’an selama periode Makkahselau menyapa seluruh manusia,menggunakan kata-kata seperti; “Wahaimanusia” dan “wahai anak Adam”.Sedangkan pesan Madinah mulaimembedakan antara laki-laki danperempuan, umat Islam dan non-muslim,dalam status hukum dan hak mereka didepan hukum. Semua ayat yang menjadidasar diskriminasi terhadap perempuandan non-muslim merupakan ayat-ayatMadinah. Sebagai contoh, al-Qur’an suratke empat yang dikenal sebagai surat an-Nisa surat tentang perempuan, berisiaturan-aturan yang lebih rinci tentangperkawinan, perceraian, waris dansemacamnya dengan pengaruhdiskriminasinya terhadap perempuan,diwahyukan selama masa tindih antara periode Makkahdan Madinah, lebih mengantarkan padasatu pemahaman tentang perubahangradual ketimbang perubahan yang cepatdalam isi pesan tersebut. Sebagai hasil dariperalihan isi pesan dan metode seruanya,beberapa orang berpura-pura masuk Islamtanpa keyakinan murni yang ini sebagian besar secara jelasditunjukan oleh acuan al-Qur’an yangberulang-ulang pada kalimat al-munafiqunkaum munafik dalam wahyu Madinah,4Mahmoud Mohamed Taha, The SecondMessage of Islam, Syracuse Syracuse University Press,1987, dalam wahyu Makkah tidak adaayat semacam itu. Dengan berkurangnyatingkat atau bentuk kekerasan selamaperiode Makkah, orang memilikikebebasan penuh untuk memeluk Islamatau menolaknya. Dengan hilangnyatingkat kebebasan secara gradual selamaperiode Madinah, banyak orang kafirmenunjukkan iman pada tampak luarnyauntuk menghindarkan akibat negatifmenyelamatkan diri bila merekamenampakkan Konsepsi Al-Qur’an Tentang Non-Muslim Analisis Historis-FilosofisIslam dilahirkan dalam suatulingkungan yang amat keras, danmenerima reaksi yang sangat bermusuhan,berbagai ancaman dan serangan dari suku-suku Arab abad ke-VII, karena itu umatIslam awal harus berperang untuk tetapbertahan. Nabi dan para sahabat akhirnyamenguasai seluruh jazirah Arab beberapasaat menjelang wafatnya. Normahubungan antar suku yang ada sangattergantung pada penggunaan atauancaman penggunaan kekuatan forceuntuk mempertahankan berbagai hakbahkan hak untuk ancaman kekerasan jugamerupakan norma di kalangan berbagaientitas atau sistem politik kawasan itu,termasuk dua imperium raksasa sebelahTimur Laut dan Barat Laut Arabia,Sasaniah dan Bizantium imperiumRomawi. Sehingga, ketika negara Islampertama dibangun di Arabia pada abad VII,kekerasan merupakan metode dasar untukmengatur “hubungan-hubunganinternasional”. Oleh karena itu, tidak dapatdielakkan bahwa Islam mengesahkanpenggunaan kekerasan dalam hubungan-5Haykal, Life of Muhammad, h. 15-16 dan FredM. Donner, The Early Islamic Conquest, PrincetonPrinceton University Press, 1981, h. 20ff POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018hubungan muslim dengan dalam melakukan itu syari’ahmemperkenalkan norma-norma baruuntuk mengontrol berbagai alasan untukmelakukan peperangan, juga dalampraktik perang di kalangan suku-suku Arabia dan entitas politik kawasantersebut didorong oleh pertimbangan-pertimbangan seperti kehormatan suku,perebutan wilayah dan ketamakanekonomi, maka syari’ah al-Qur’anmembatasi penggunaan kekerasan dalamhubungan internasional, hanya untukmempertahankan diri dan penyebaranagama Islam. Bagi umat Islam, hanya itulahalasan yang sah untuk melakukan umat Islam dibatasi olehketentuan-ketentuan yang mengaturperang yang benar. Sebagai contoh,sebelum menggunakan kekerasan dalammenyebarkan Islam, mereka dituntutuntuk menawarkan sisi lain dari manfaatmemeluk kepercayaan itu tanpa harusberperang. Jika peperangan tidak dapatdielakkan, maka dibatasi hanya terhadappasukan tentara yang bertugas berperangdan hanya dilakukan di medan ayat al-Qur’an yangdiwahyukan setelah hijrah ke Madinahpada tahun 622 M menekankan kohesiinternal komunitas muslim dan berusahamembedakannya dari komunitas-komunitas lain dalam term-termpermusuhan dan antagonistik. Selamamasa Madinah, al-Qur’an berulang-ulangmemerintahkan umat Islam untuk salingmenolong antara satu dengan yang laindan untuk tidak tolong menolong dengannon-muslim, serta memerangi merekayang berkawan dan bersekutu dengannon-muslim. Sehingga ayat-ayat al-Qur’ansurat al-Imran[3]28, an-Nisa[4]144, al-6Khadduri dan Liebesny, Law in the MiddleEast, h. at-Taubah[9]23 dan 71,dan surat al-Mumtahanah[60]1mewajibkan umat Islam menghindarikaum kafir sebagai awliya’ kawan,pembantu dan pendukung sertamemerintahkan pertemanan danmendorong kerjasama diantara umatIslam sendiri. Demikian pula, surat al-Maidah[5]51 menginstruksikan kaummuslim untuk tidak mengambil kaumYahudi dan Kristen sebagai pelindungawliya, seperti mereka memperlakukanumat Islam yang lain, dan barang siapa –orang Islam – yang bekerja sama denganmereka bersahabat, maka ia menjadisalah seorang dari golongan tersebut dan sunnah yangterkait menyatakan konteks umumdimana sumber-sumber yang secarakhusus berhubungan dengan penggunaankekuatan terhadap non-muslim dipahamidan diterapkan oleh umat Islam di atas yang berkenaan denganlarangan untuk bergaul dan bekerja samadengan kaum Yahudi dan Kristen dalamsegala hal, diwahyukan selama periodeMadinah, bukan periode Makkah itu harus dilihat sebagaidorongan psikologis untukmempertahankan hidup dan kohesi umatIslam yang mudah diserang, dalam suatulingkungan sosial dan fisik yang keras yang umum dipakaimenyangkut penggunaan kekerasan dalamhubungan internasional adalah jihad. Artiharfiah kata jihad adalah pengerahan dayadan upaya, termasuk – tetapi tidak hanya –perang. Sehingga, di satu pihak, baik al -Qur’an maupun sunnah menggunakanistilah jihad dalam pengertian lebih luastentang pengerahan kekuatan, namunterkadang sama sekali tidak terkait denganpenggunaan kekerasan. Di dalam sejumlahayat al-Qur’an seperti QS. al-Baqarah[2]18, QS. al-Maidah[5]54, dan KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari LantongQS. al-Anfal72, istilah jihad danderivasinya digunakan untuk menyebutpengerahan kekuatan, baik dalampeperangan maupun dalam masa terhadap orang-orang kafir, QS. al-Furqan[25]52 memerintahkan nabi danumat Islam untuk menggunakan al-Qur’andalam jihad terhadap orang kafir. Ini jelasmerujuk pada pengunaan kekuatan danmenurut argumen al-Qur’an, bukankekuatan senjata. Dalam sunnah adapernyataan nabi Saw. yang amat terkenalyang menggambarkan bahwa penggunaankekuatan dalam perang digolongkansebagai jihad kecil jihad al-asghar,sedangkan pengerahan kekuatan dalamperdamaian dan upaya pribadimelaksanakan perintah Islam digolongkansebagai jihad besar jihad al-akbar danagung. Dalam sunnah yang lain, nabimenyatakan bahwa bentuk jihad yangpaling baik adalah mengatakan kebenarandi depan penguasa yang zhalim al-Qur’an yang secara jelasmembenarkan penggunaan kekuatan olehkaum muslimin terhadap non-muslimdiwahyukan di Madinah, setelah nabi danpara sahabatnya berhijrah dari Makkahpada tahun 622M. Menurut perkiraan IbnKatsir dalam tafsirnya yang terkenal, ayat-ayat al-Qur’an yang pertamamemerintahkan kaum musliminmenggunakan kekuatan dalam jihad/qitalterhadap orang kafir adalah QS. al-Baqarah[2]190-193 dan QS. al-Hajj[22]39, yang mungkin diartikanmasing-masing sebagai berikut “Dan perangilah di jalan Allah merekayang memerangi kamu, tetapi janganlahkamu melanggar batas, karenasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Bunuhlahmereka dimana pun kamu jumpai, usirlahmereka dari tempat mereka mengusirkamu dari Makkah; dan fitnah itu lebihbesar bahayanya dari pada pembunuhan,dan janganlah kamu memerangi mereka dimasjid al-Haram, kecuali jika merekamemerangi kamu disana. Maka jika merekamemerangi kamu disana, maka bunuhlahmereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Tetapi jika mereka berhentidari memusuhimu, maka sesungguhnyaAllah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang. Perangilah mereka sehinggatidak ada penindasan lagi dan yang adahanyalah keadilan dan keimanan kepadaAllah; Tetapi jika mereka berhenti darimemusuhimu, maka jangan ada lagipermusuhan, kecuali terhadap orang-orangyang melakukan kezhaliman”.“Telah diizinkan berperang bagiorang-orang yang diperangi, karenasesungguhnya mereka telah dianiaya. Dansesungguhnya Allah benar-benar MahaKuasa menolong mereka itu, yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampunghalaman mereka tanpa alasan yang benar,kecuali karena mereka berkata “Tuhankami hanya Allah”. Dan sekiranya Allahtiada menolak keganasan sebagianmanusia dengan sebagian yang lain,tentulah telah dirobohkan biara -biaraNasrani, gereja-gereja, sinagog-sinagogkaum Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah”.Seluruh surat at-Taubah yangdiidentifikasi oleh Ibn Katsir diwahyukanpada tahun kesembilan hijrah, yaknisekitar tahun 631 M, secara umumditerima sebagai surat yang diturunkanmenjelang penutupan pewahyuan al-Qur’an. Ayat-ayat dalam surat ini, sepertiayat 5, 12, 29, 36, 73, dan 123, berisipembenaran paling jelas bagi penggunaankekuatan untuk melawan non-muslim dansecara umum telah mrngganti nasakhayat-ayat tertentu yang melarang ataumembatasi penggunaan ayat 5 surat ini dikatakan telahmengganti lebih dari seratus ayat al- POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018Qur’an yang semula memerintahkan umatIslam untuk menggunakan cara damai danargumentasi untuk meyakinkan orang-orang kafir agar memeluk kesimpulan dapat ditarikdari telaah terhadap al-Qur’anmenyangkut penggunaan kekuatan olehkaum muslim terhadap pertama, adalah bahwa hal inisecara eksklusif sebagai fenomenaMadinah berhubungan dengan periodeMadinah setelah nabi hijrah dari Makkah.Sebaliknya, sebagian besar ayat al-Qur’anyang mempersilakan kebebasan memilihdalam kepercayaan dan kesamaankonsekuensi dan tidak melakukandiskriminasi terhadap non-muslim dalammasalah hukum jika diimplementasikan didalam syari’ah, adalah ayat-ayat periodeMakkah. Sebelum hijrah ke Madinah tahun622 M, tidak ada keabsahan hukum dalamal-Qur’an untuk menggunakan kekuatanterhadap kedua, ada suatuprogres di dalam pembenaran al-Qur’anterhadap penggunaan kekuatan oleh kaummuslim untuk melawan non-muslim daripenggunaan kekuatan untukmempertahankan diri sampai penggunaankekuatan dalam penyebaran Islam. Tetapikarena al-Qur’an surat al-Taubah di antarawahyu terakhir, diambil oleh beberapa ahlihokum muslim untuk menghapus, ataudihapus untuk tujuan syari’ah, seluruhpewahyuan dengan jelas tidak sesuaidengan ayat-ayat al-Qur’ ketiga, Penggunaankekuatan tidak diijinkan kecuali untukmempertahankan diri dan menyebarkanIslam. Sejumlah penulis modernmengklaim bahwa syari’ah mengijinkanpenggunaan kekuatan hanya untuk7Lihat Zayd, al-Naskh fil al-Qur’an al-Karim,1289-501-83; dan Ahmad Hasan, The EarlyDevelopment of Islamic Jurisprudence, h. diri. Klaim ini tidak adadasar fakta baik di dalam al-Qur’anmaupun sunnah. Sampai menjelangwafatnya nabi, pembenaran penggunaankekuatan dalam menyebarkan Islam samaseperti mempertahankan diri. Tidakmasuk akal untuk menyatakan bahwaumat Islam awal sedang dalam keadaanmempertahankan diri ketika merekamenaklukan dan memerintah seluruhwilayah Syria, Irak, Afrika bagian Utaradan Spanyol bagian Selatan di Barat danPersia, serta India bagian Utara di dengan jelas ditunjukkan olehpraktek nabi terakhir dan parakhalifahnya, demikian juga sejarahekspansi Islam, syrai’ah membatasi danmengatur penggunaan kekuatan olehkaum muslim terhadap non-muslim, tidakhanya dalam mempertahankan diri,melainkan juga sebagai sarana demikian, banyak kitatemukan riwayat dari nabi dan khalifahsesudahnya, yang memerintahkan tentaramuslim untuk menawarkan kesempatanpihak non-muslim untuk memeluk mereka menerima tawaran itu, tidakboleh menggunakan kekuatan untukmelawan mereka. Jika pihak non-muslimmenolak ajakan muslim untuk memelukIslam, dan kebetulan mereka Ahli Kitab,maka mereka ditawarkan pada pilihankedua, dimasukkan pada posisi dzimmahdengan kaum muslim, dengan syaratmereka setuju membayar jizyah, dantunduk kepada kedaulatan umat Islamdengan imbalan jaminan jiwa dan hartabenda mereka, serta dibolehkanmempraktekan agama mereka sertamenerapkan hukum mereka KesimpulanPeriode Makkah dan Madinahternyata bukan sekadar rentang tempatdan waktu locus dan tempus semata, KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari Lantongtetapi ia – dengan konteks dan kulturmasyarakat tempat turunya yang berbeda– berakibat pada pemaknaan danpenafsiran yang berbeda pula terhadap al-Qur’an. Sehingga, sejatinya penafsiranterhadap al-Qur’an bukanlah sesuatu yangsudah “final”, melainkan bersifat dinamis,sesuai dinamika dan konteks kehidupanmanusia itu sendiri. Wa Allah a’lam bi PUSTAKAAmal, Taufik Adnan, Rekonstruksi SejarahAl-Qur’an, Yogyakarta FkBA, 2000An-Na’im, Abdullah Ahmed, DekonstruksiSyari’ah Wacana Kebebasan Sipil,HAM dan Hubungan Internasionaldalam Islam Yogyakarta LKiS,1994Haykal, Muhammad Husayn, The Life ofMuhammad, terj. Isma’il al-Faruqi,Indianapolis American TrustPublication, 1976Khadduri, Madjid, and Herbert Liebesny,Law in the Middle East, Middle East Institute, 1955Taha, Mahmoud Mohamed, The SecondMessage of Islam, Syracuse Syracuse University Press, 1987 ... According to Abdullahi Ahmed An-Na'im, the message contained in the Makkiyah verses is an eternal and fundamental message of Islam, which emphasizes the inherent dignity of all humanity, without distinguishing gender gender, religious beliefs, and race. Whereas the message of Medina is a practical and realistic compromise when the highest level of the message of Mecca is unacceptable to the seventh-century historical society of M. [3]. ...Al-Qur'an is the holy book of Muslims whose information is eternal and has miracles that can always be proven by the progress of science and technology that is fast and powerful. The Qur'anic revelation revealed to the Prophet Muhammad for about 23 years left a long, special footprint in the cities of Mecca and Medina. In this Centennial era, some Muslims were preoccupied with technological advances which sometimes led to the neglect of the Qur'an. So that the crisis of knowledge of generations of Muslims about the footsteps of the Prophet Muhammad in receiving the revelation of the Qur'an is very little, This is very dangerous for the unity of Muslims. So that with technological advances we also attract the interest of young people to learn the Qur'an. Augmented Reality technology with the Marker-based tracking method utilizes Qr Code and the use of agile development methods and design using UML so that application developers can produce Augmented Reality applications that can show traces of the decline of the Qur'an in Mecca and Medina. The appearance of Mecca and Medina in the form of 3 dimensions along with asbabunnuzul information causes interest and ease for someone to study the verses of the Qur'an. It is hoped that this application helps to facilitate the generation of Islam in learning and understanding ayat of the Qur' Hakim Afriadi PutraTurunnya al-Qur’an kepada nabi Muhammad secara berangsur-angsur menyiratkan makna khusus yang terkandung di dalamnya. Periodesasi ini sesuai dengan perjalanan dakwah Rasulullah selama di kota Mekah dan Madinah dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun. Artikel ini akan mengkaji dan menganalisa salah satu pisau analisis dalam menafsirkan al-Qur’an, yaitu signifikansi Makkiyah dan Madaniyah. Melaui artikel ini penulis ingin membuktikan bahwa kajian ulumul qur’an tidak hanya berputar pada wilayah normatif dengan kajian yang cenderung stagnan. Akan tetapi kajian ulumul qur’an berkembang dinamis dengan adanya pendekatan historis-filosofis yang penulis gunakan dalam artikel ini. Melalui signifikansi Makkiyah dan Madaniyah ini terlihat bahwa al-Qur’an menerapkan hukum terhadap sesuatu secara gradual sesuai dengan mukhatab yang dihadapi oleh Rasulullah. Khamr pada mulanya dalam ayat Makkiyah tidak disebutkan pengharamannya secara tegas. Namun pada ayat Madaniyah khamr secara tegas Misbahul HudaAbstrakAl-Qur’an sebagai kitab pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat, menjadikannya sebagai teks yang harus dikaji dengan serius. Sifat universalitas dan kompleksitas yang dikandung al-Qur’an menuntut para ulama untuk merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah yang perlu dijadikan landasan dalam memaknai al-Qur’an. Maka dari itu, para ulama mencoba untuk mengklasifikasikan dalam bentuk ilmu-ilmu al-Qur’an. Salah satu ilmu al-Qur’an yang digunakan dalam memahami makna dari al-Qur;an adalah ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah. Seiring berkembangnya zaman, dalam merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah dalam menentukan Makkiyah dan Madaniyah dituntut harus lebih elastis dan fleksibel. Maka dari itu, salah satu ulama yang bernama Fazlur Rahman menawarkan sebuah pendekatan yang nantinya akan terjalin pertautan antara teks al-Qur’an, konteks sejarah dan kondisi, dan kontekstual situasi yang sedang dihadapi, pendekatan tersebut adalah pendekatan historis-sosiologis. Akan tetapi, satu hal yang perlu dipahami adalah al-Qur’an “wahyu” sampai kapan pun tidak akan berubah, yang berubah hanya cara dalam memaknai al-Qur’an itu has not been able to resolve any references for this publication.